Halo Arek Suroboyo! Ada yang tahu legenda Maling Cluring yang ada di Surabaya? Legenda tersebut menceritakan tentang maling budiman yang membantu rakyat miskin di Surabaya saat penjajahan Belanda.
Bahkan, menurut kesaksian masyarakat setempat, ada dua makam tubuh Maling Cluring di Surabaya. Lo, lo, lo, kok sampai ada dua makam, kira-kira kenapa, ya? Yuk, simak kisahnya berikut ini.
Legenda Maling Cluring di Surabaya, Si Maling Budiman
Secara singkat, legenda Maling Cluring di Surabaya mirip dengan kisah Sunan Kalijaga. Keduanya merampok rumah orang kaya untuk dibagikan kepada rakyat miskin.
Bedanya, Maling Cluring Surabaya merampok rumah penjajah Belanda. Sementara itu, Sunan Kalijaga merampok rumah-rumah orang kaya di zamannya. Bahkan, rumah orang tuanya sendiri.
Merampok Belanda untuk Rakyat Miskin Indonesia
Berdasarkan legenda asli Surabaya, Maling Cluring yang disebutkan dalam legenda tidak memiliki nama yang pasti. Secara turun-temurun, hanya disebut sebagai Maling Cluring saja.
Latar belakang munculnya Maling Cluring di Surabaya karena kesengsaraan rakyat di masa penjajahan Belanda. Banyak rakyat yang kelaparan, anak bayi yang sakit-sakitan, hingga tenaga yang dieksploitasi oleh Belanda.
Kelompok Maling Cluring di Surabaya pun melancarkan aksi untuk membantu rakyat yang kelaparan dengan mencuri rumah-rumah milik Belanda. Mereka membagikan hasil curian kepada para penduduk di malam hari.
Keesokan paginya, rakyat Surabaya kaget sekaligus senang karena di depan rumah mereka ada berbagai bahan makanan, serta uang. Maling Cluring pun jadi pahlawan bagi rakyat Surabaya saat itu.
Misteri Ilmu Rawa Rontek
Dibalik aksi Maling Cluring yang selalu membuat geram Belanda, ada misteri ilmu rawa rontek yang membuat mereka kebal terhadap senjata Belanda. Para Maling Cluring ini tidak bisa mati.
Segala senjata sudah dicoba Belanda, termasuk memotong tubuh Maling Cluring. Namun, kesaktian ilmu rawa rontek membuat Maling Cluring selalu bisa hidup kembali dengan tubuh utuh tanpa luka.
Kekalahan Maling Cluring
Belanda pun sampai putus asa, lalu mengadakan sayembara berhadiah besar untuk menangkap, sekaligus menghabisi Maling Cluring. Pengumuman itu disebarkan ke seluruh penjuru Surabaya kala itu.
Hingga suatu ketika, ada pribumi yang mengetahui kelemahan ilmu rawa rontek. Para pengkhianat yang sering disebut Londo Ireng tersebut pun membocorkan rahasia itu kepada Belanda.
Akhirnya, Maling Cluring dihukum mati. Belanda pun memotong bagian tubuh Maling Cluring menjadi 3 bagian yang semuanya harus dikubur terpisah.
Makam Maling Cluring di Surabaya
Berdasarkan sumber sebuah grup diskusi FB bernama Surabaya Historical, 2 potongan tubuh Maling Cluring dikubur di Surabaya. Satu dikubur di daerah Jalan Kenjeran (belakang pabrik kabel), satu lagi dikubur di Jalan Rangkah VI gang Jarak Polo yang terpisah oleh Kali Kedung Cowek.
Sementara itu satu potongan tubuh berupa kepala Maling Cluring sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya. Belanda sangat merahasiakan informasi tersebut untuk menghindari bangkitnya Maling Cluring.
Ada yang mengatakan bahwa kepala si Maling Cluring dilarung dalam sungai Kalimas. Ada juga yang mengatakan Belanda membawa kepala Maling Cluring hingga ke luar kota Surabaya.
Ilustrasi maling cluring (sumber: redaksiindonesia.com) |
Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Legenda Maling Cluring
Setiap legenda yang diceritakan dari generasi ke generasi pasti mengandung banyak pelajaran. Termasuk legenda Maling Cluring di Surabaya ini.
1. Mencuri Tidak Dibenarkan, Meskipun untuk Kebaikan
Meskipun si maling budiman berniat untuk menolong rakyat miskin, tapi cara yang digunakan tetap salah. Mungkin dalam pikiran Maling Cluring, Belanda telah merampas hak-hak rakyat Surabaya, jadi nggak apa-apa kalau merampok harta mereka. Padahal, mencuri tetap perbuatan yang salah.
Kisah ini sama juga dengan masa lalu Sunan Kalijaga yang dulunya pernah mencuri, lalu membagikan hasil curian ke rakyat miskin. Namun, setelah Sunan Kalijaga yang saat itu masih menggunakan nama Raden Saleh sadar, beliau langsung bertaubat.
2. Penderitaan Akibat Penjajahan
Legenda Maling Cluring menggambarkan betapa penjajahan Belanda mengakibatkan banyak kesengsaraan bagi rakyat Surabaya. Oleh karena itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
3. Kegigihan Maling Cluring
Maling Cluring termasuk memiliki nyali besar saat memutuskan untuk merampok rumah-rumah Belanda. Mungkin karena mereka punya bekal ilmu kebal seperti rawa rontek. Nah, kegigihan Maling Cluring dalam membantu sesama yang seharusnya ditiru, bukan tindakan pencuriannya.
4. Jangan Jadi Pengkhianat
Dalam legenda Maling Cluring, tidak disebutkan secara pasti siapa pribumi yang mengetahui kelemahan ilmu rawa rontek. Pastinya, ya, sesama pribumi yang tahu ilmu tersebut.
Di era penjajahan Belanda, kehadiran pengkhianat dari pribumi sudah bukan rahasia umum lagi. Sebutan untuk pengkhianat bangsa saat itu adalah Londo ireng.
Kehadiran para pengkhianat ini sering jadi batu sandungan bagi perjuangan pahlawan. Jadi, jangan pernah jadi pengkhianat, ya!
Penutup
Begitulah legenda Maling Cluring di Surabaya. Kisah heroik mereka tetap membekas di hati para rakyat Surabaya yang saat itu menderita karena kemiskinan. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Maling Cluring untuk masa depan yang lebih baik lagi.
Referensi
Facebook Group Surabaya Historical
https://redaksiindonesia.com/
Posting Komentar